Hunian Bukan Sekadar Properti: Rumah Ningrat di Tengah Seruan Reformasi

  • 7 days ago
  • 0

Pada Jumat, 29 Agustus 2025, Indonesia menyaksikan salah satu gelombang demonstrasi paling masif dan emosional dalam beberapa tahun terakhir. Ribuan pengemudi ojek online (ojol), mahasiswa, dan warga sipil turun ke jalan, bukan sekadar untuk menyuarakan tuntutan, tetapi untuk meratapi dan memprotes kematian tragis Affan Kurniawan, seorang driver ojol yang tewas dilindas kendaraan taktis Brimob saat aksi sebelumnya di Pejompongan, Jakarta. Peristiwa ini menyulut kemarahan kolektif yang melampaui batas profesi dan latar belakang sosial. Affan bukan hanya simbol dari kelas pekerja yang sering terpinggirkan, tetapi juga representasi dari rakyat kecil yang setiap hari berjibaku demi penghidupan, namun kerap tak mendapatkan perlindungan yang layak dari negara.

Aksi solidaritas menyebar cepat ke berbagai kota: Jakarta, Bandung, Surakarta, Makassar, Jambi, dan lainnya. Di ibu kota, massa mengepung Mako Brimob Kwitang dan Polda Metro Jaya, menuntut pertanggungjawaban atas kematian Affan. Bentrokan tak terhindarkan—batu, petasan, dan gas air mata menjadi bahasa yang menggantikan dialog. Di daerah lain, mahasiswa dan komunitas sipil menyuarakan lima tuntutan utama, mulai dari reformasi institusi kepolisian hingga pembebasan massa yang ditahan.
Media sosial dipenuhi tagar #JusticeForAffan dan #ReformasiPolri, menjadi ruang digital tempat kemarahan dan harapan bertemu.

Demo ini bukan hanya tentang satu nyawa yang hilang, tetapi tentang rasa keadilan yang dirampas, tentang ketidakpercayaan terhadap institusi yang seharusnya melindungi, dan tentang suara rakyat yang selama ini terlalu sering diabaikan. Ia menjadi titik balik, pengingat bahwa keamanan bukan hanya soal fisik, tapi juga soal keadilan sosial, transparansi, dan keberpihakan pada mereka yang paling rentan.

Rumah Ningrat: Hunian yang Menjawab Keresahan Sosial
Di tengah gejolak sosial seperti ini, muncul pertanyaan: di mana tempat yang aman, layak, dan bermartabat bagi masyarakat untuk membangun kehidupan? Rumah Ningrat, sebagai pengembang properti yang berakar di Cirebon dan kini merambah ke Kuningan, Majalengka, hingga Bekasi, hadir bukan sekadar menjual rumah. Ia menawarkan keamanan, aksesibilitas, dan keberpihakan—tiga hal yang menjadi tuntutan tak tertulis dalam aksi 29 Agustus.

Keamanan dan Keadilan Sosial
Tragedi Affan Kurniawan menunjukkan betapa pentingnya ruang hidup yang aman dari kekerasan struktural. Rumah Ningrat mengusung hunian yang tidak hanya fisik, tapi juga sosial—dengan komunitas yang saling menjaga dan nilai transparansi dalam transaksi.

Akses untuk Semua
Demo ini memperlihatkan suara kelas pekerja yang sering terpinggirkan. Rumah Ningrat, sejak awal,
berkomitmen pada perumahan subsidi dan hunian pertama bagi keluarga muda sebuah langkah konkret menuju inklusi.

Komunitas dan Solidaritas
Ketika ribuan orang turun ke jalan demi satu nyawa, kita diingatkan bahwa solidaritas adalah fondasi masyarakat. Rumah Ningrat membangun bukan hanya rumah, tapi lingkungan yang mendorong keterlibatan warga, dari kegiatan sosial hingga ekonomi lokal.

Demo 29 Agustus 2025 adalah cermin dari keresahan dan harapan rakyat. Rumah Ningrat, dalam konteks ini, bukan hanya pengembang properti ia bisa menjadi simbol dari Indonesia yang lebih adil, aman, dan berpihak pada rakyat kecil. Karena hunian bukan sekadar tempat tinggal, tapi tempat bermartabat untuk hidup.

Yuk Pilih Rumah Ningrat Untuk Hidup Lebih Baik!!

Join The Discussion

Compare listings

Compare